DALAM bermuamalah Imam Abu Hanifah selalu mengedepankan prinsip kejujuran, trust, menyukai kebaikan dan selalu tersenyum. Harta yang didapat dari jalur yang halal, juga dihabiskan di jalur yang baik.
Keuntungan yang didapatkan Abu Hanifah dari berdagang dipisahkan secukupnya untuk dirinya sendiri, dan selebihnya dibagikan kepada teman-temannya, orang yang menuntut ilmu dan yang paling utama yaitu kepada orang-orang yang membutuhkan.
Seperti ilmunya, kerendahan hati Abu Hanifah juga terkenal. Tidak pernah mengungkit bantuan yang telah diberikan kepada orang lain. Ia juga tidak pernah mengambil kesempatan dalam ketidaktahuan.
Diceritakan dalam sebuah kisah bahwa suatu hari seorang wanita tua datang ke tempat dimana Imam Abu Hanifah berjualan. Perempuan tersebut ingin menjual kain sutranya kepada beliau.
Imam Abu Hanifah bertanya berapa harga kain sutra tersebut. Wanita tersebut ingin menjual seharga 80 dirham. Kemudian Imam Abu Hanifa melihat kain sutra tersebut dan mengatakan bahwa “harga sutra ini lebih dari 80 dirham”.
“Kalau gitu beri saya 100 dirham” kata Wanita tersebut. Kemudian Imam Abu Hanifah Menjawab “ini lebih dari 100 dirham”. Kemudian wanita itu berkata apakah harga mencapai 400 dirham. Imam Abu Hanifa pun menjawab “lebih dari 400 dirham”.
Kemudian, Wanita itu tercengang dan berkata “Apakah anda mengejek saya ?”. Kemudian Imam Abu Hanifah memanggil seseorang yang mengerti tentang sutra, dan berkata biarkan orang ini menentukan harganya.
Kemudian wanita itu pergi ke orang tersebut. Kemudian orang itu melihat kain sutranya dan berkata “Harga sutra ini 500 dirham”. Lalu Imam Abu Hanifa membeli dengan harga tersebut.