Syirkah “Orang-Orang Miskin”
Oleh: Muhaimin Iqbal
KETIKA Nabi Musa AS ingin berguru kepada Nabi Khidr AS, Nabi Khidr AS pun mengingatkan bahwa musa tidak akan bisa sabar. Meskipun demikian karena janji Nabi Musa AS untuk bisa bersabar, Nabi Khidr AS pun tetap mengajarinya ilmu.
Belakangan terbukti dugaan Nabi Khidr AS bahwa Nabi Musa AS tidak bisa bersabar. Pertanyaannya adalah ilmu apa gerangan yang begitu tinggi yang hendak dipelajari Nabi Musa AS dari Nabi Khidr AS sehingga dia Nabi Musa AS pun tidak bisa bersabar? Ilmu ini adalah tentang ilmu masa depan yang diajarkan langsung oleh Allah Subhanahu Wata’ala kepada Nabi Khidr As. Inilah yang disebut Ilmu Laduni (Q.S 18: 65).
Kisah pembelajaran Nabi Musa As ini dituangkan dengan lengkap dan indah didalam 18 ayat di Al Qur’an Surat 18, dimulai dari ayat 65 sampai 82. Ketinggian ilmu Nabi Khidr AS ini dapat kita pelajari didalam Al Qur’an melalui rangkai ayat-ayat tersebut diatas. Hanya melalui satu ayatnya saja (Q.S 18 : 79) sudah menyimpan banyak sekali solusi untuk urusan-urusan dunia negeri-negeri maju sekalipun hingga saat ini, bahkan ilmu ini didalam Al Qur’an bisa diungkap melalui satu kata saja yaitu Masakina (orang-orang miskin).
Perhatikan terjemahan langsung dari ayat ini sebagai berikut : “Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusaknya bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera yang baik.” (Q.S 18: 79).
Pelajaran dari ayat ini adalah orang-orang miskin pun ketika mereka bersyirkah mereka bisa memiliki kapal yang baik atau bahasa teknisnya sea worthy, terbukti dari kapal yang dilubangi Nabi Khidr AS di surat 18: 71 adalah termasuk kapal yang akan dirampas oleh penguasa dzalim jika tidak dilubanginya. Bahkan kapal ini pula yang sempat dinaiki oleh Nabi Musa AS bersama Nabi Khidr AS.
Bila konsep ini kita terapkan di zaman kini, “orang-orang miskin” seperti saya, anda dan kita semua pun bisa memiliki “kapal, pesawat” dan wahana apapun yang dibutuhkan untuk mencari penghasilan yang baik, karena kapal-kapal yang dilubangi oleh Nabi Khidr AS tersebut sebelumnya digunakan untuk mencari penghasilan di laut.
Baca: Lean Startup: Mulai Usaha Dengan Resiko Rendah
Wahana untuk mencari penghasilan ini di zaman ini tidak harus berupa “kapal” fisik tetapi juga bisa berupa perusahaan dalam berbagai skalanya. Artinya penerapan syirkah “orang-orang miskin” yang memiliki “kapal” bersama tersebut di zaman ini bisa dalam bentuk bersyirkah dalam membangun usaha bersama, yang dalam regulatory framework Indonesia sekarang dimungkinkan dengan adanya aturan OJK no 37, yaitu tentang equity crowdfunding.
Ilmu lain yang bisa kita ambil dari ayat tersebut diatas adalah tentang prediksi masa depan yang dikuasi Nabi Khidr AS atau ilmu Laduni. Ini mengisyaratkan pentingnya kita berfikir jauh kedepan, tidak fokus melihat apa yang sudah ada atau apa yang terjadi sekarang, tetapi apa yang akan ada dan mungkin terjadi dimasa depan.
Berfikir jauh kedepan ini juga menjadi tuntutan bagi para entrepreneur khususnya para startupers. Contoh kongkritnya begini, seandainya anda tahu bahwa Bukalapak, Gojek, Tokopedia dan Traveloka akan menjadi sebesar mereka sekarang anda pasti berebut mendanainya ketika mereka ditahap startup beberapa tahun lalu. Kini mereka sudah menjadi perusahaan raksasa milik para founder-nya dan sejumlah Venture Capital dan para investor besar lainnya, menjadi terlalu mahal dan jauh dari jangkauan kita untuk ikut bisa rame-rame memilikinya.
Kini setiap saat lahir ratusan atau bahkan ribuan startup baru di Indonesia sebagian mereka InsyaAllah akan menjadi The Next Bukalapak, Gojek, tokopedia dan Traveloka.
Tetapi kini posisi kita “orang-orang miskin” sudah lebih baik. Dengan adanya peluang untuk terlibat dalam pembiyaan Equity Crowdfunding startup-startup baru tersebut, kita mempunyai peluang yang sama dengan para jenius yang menjadi founder ide-ide kreatif dan para Venture Capital maupun investor raksasa.
Ketika masih menjadi rintisan, kebutuhan dana startup bisa kita pikul rame-rame misalnya bersama 300 orang maksimal kita bisa mengumpulkan dana sampai Rp10.000.000.000 untuk membiyaai ide-ide paling cemerlang yang lahir di negeri ini. Dengan modal ini akan cukup mengantarkan startup tersebut sampai bisa berjalan dalam skala komersialnya, sehingga kalau toh nantinya membutuhkan dana dari para venture capital maupun para investor besar, mayoritas saham tetap berada ditangan para founder dan investor kecil dari kita-kita ini.
Investasi di startup tentu jauh berisiko ketimbang menaruh uang di bank, di pasar modal, dana pensiun, asuransi dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, investasi ini perlu penyebaran resiko yang sebaik-baiknya. Kalau anda punya uang Rp1.000.000.000 misalnya, ya jangan di taruh di 1 startup, bisa Anda sebarkan di 30 sampai 40 startup yang baik sehingga ketika sebagian besar mereka gagal, sebagian kecil yang berhasil akan sangat memadai untuk memberikan hasil jauh mengimbangi yang gagal.
Artinya untuk bisa terlibat dalam investasi di dunia startup, Anda sebagai investor perlu melihat seluas-luasnya opsi startup-startup yang baik di luar sana, tidak terpaku pada satu atau dua startup yang ada di hadapan Anda.
Penyebaran resiko ini juga akan baik bagi para entrepreneur dan founder pada umumnya karena bila mereka memang baik dan berpeluang besar kedepannya, chance untuk memperoleh pendanaan yang sangat dibutuhkan diawal usaha akan lebih muda diperoleh.
Lantas siapa yang akan menjadi “Mak Comblang” yang akan mempertemukan para investor dan para startupers ini?
Kami dari Indonesia Startup Center berinisiatif menyusun private list Asia yang berfungsi untuk mendata dan menyeleksi para calon-calon startup yang baik tersebut, sekaligus juga mendata potensial investor-investor dari orang-orang kebanyakan seperti kita-kita untuk berpeluang menjadi investor startup-startup masa depan.
Saat ini ada 5 platform inovasi keuangan digital yang sudah kami daftarkan ke OJK dan menunggu lampu hijau dari mereka. Nantinya salah satu dari platform tersebut akan bisa menjadi sarana Equity Crowdfunding yang dibutuhkan oleh para investor maupun oleh para startupers.
Sambil menunggu lampu hijau dari OJK saat ini kami membuka peluang seluar-luasnya bagi para calon investor maupun calon entrepreneur yang ingin memanfaatkan peluang ini. Tentu saat ini belum perlu berkomitmen apapun, cukup mendaftarkan diri Anda sebagai calon investor ataupun calon entrepreneur yang akan kami hubungi lebih dahulu ketika Platform tersebut sudah siap dijalankan.*
Penulis adalah Direktur Geraidinar.com. Artikel dikutip situs berita Hidayatullah.com, Senin, 11 Februari 2019 - 20:49 WIB